السلام عليكم ورحمت الله وبركاته
Kali ini saya akan membagikan informasi seputar kampung halaman saya yaitu desa Beji.Gak usah banyak basa-basi langsung aja deh. Cekibrot!!!!!!
Beji adalah kelurahan di Kecamatan Taman, Pemalang, Jawa Tengah, Indonesia. Seperti berbagai keluarahan dan desa di sekitar jalur Pantura Jawa pada umumnya, kelurahan ini padat penduduk. Sebagian besar mata pencaharian penduduknya sebagai buruh, pedagang, dan pegawai negeri.
Kelurahan Beji ini termasuk Kelurahan yang cukup menonjol dalam wilayah Kabupaten Pemalang. Rata-rata penduduk Kabupaten Pemalang mengenal nama Kelurahan Beji. Mungkin karena letaknya di jalan persimpangan jalur ekonomi Pemalang, sehingga orang lebih mengenal nama Kelurahan Beji. Beji adalah sebuah kelurahan yang secara administratif termasuk dalam Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang. Kelurahan ini letaknya 3 kilometer dari ibu kota kabupaten ke arah timur. Dari Semarang jaraknya 120 kilometer ke arah barat. Sedangkan, dari Jakarta jaraknya 235 kilometer ke arah timur. Kelurahan yang luasnya 335,122 hektar ini sebelah utara berbatasan dengan Desa Kabunan; sebelah selatan berbatasan dengan Desa Taman dan Pedurungan; sebelah barat berbatasan dengan Desa Wanarejan Utara; dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Kedungbanjar dan Kabupaten Serang. Daerahnya merupakan dataran rendah dengan ketinggian 6 meter dari permukaan air laut. Curah hujan pada setiap tahunnya rata-rata 0,22 milimeter. Sedangkan, suhu udaranya berkisar 23--32° Celcius (Laporan Monografi, 2006: 1) Di tengah wilayahnya membujur jalan provinsi ke arah barat-timur. Jalan tersebut membelah Kelurahan Beji menjadi dua bagian, yaitu Beji-Lor (Beji-Utara) dan Beji-Kidul (Beji-Selatan). Letaknya yang cukup strategis (tidak jauh dari ibu kota kabupaten dan dilalui oleh jalur Pantura), membuat kelurahan tersebut relatif mudah dicapai, baik dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun jasa angkutan umum. Dari Semarang dapat menggunakan berbagi jenis angkutan umum, seperti kereta api, bus (ekonomi, patas, eksekutif), dan travel. Demikian juga dari Jakarta. Apabila menggunakan becak maka ongkos yang dikeluarkan Rp5.000,00. Kemudian, jika menggunakan ojeg harus mengeluarkan uang sejumlah Rp7.500,00. Sedangkan, jika menggunakan angkot (angkutan perkotaan) cukup hanya mengeluarkan uang sejumlah Rp2.000,00. Arti kata “Beji” tidak banyak yang mengetahui, bahkan dapat dikatakan generasi mudanya tidak mengetahui secara persis kenapa daerahnya bernama “Beji”. Beji, menurut salah seorang tetua masyarakat Beji, berarti “ tengah”. Maksudnya suatu daerah yang berada di tengah-tengah. Berdasarkan legenda yang ada di kalangan masyarakat Beji, konon daerah ini dahulu memiliki blumbang (semacam sumur). Akan tetapi, kini blumbang itu tidak lagi berada di Beji tetapi di desa tetangganya, yaitu Desa Taman yang berada di sebelah selatannya. Berpindahnya blumbang tersebut ke Desa Taman adalah sebagai akibat dari kekalahan Mbah Menu dalam adu kesaktian melawan Mbah Taman. Konon, suatu ketika Mbah Taman berkunjung ke rumah Mbah Menu. Ketika Mbah Taman berada di depan rumahnya, pintu rumah membuka dengan sendirinya. Ini artinya Mbah Menu sengaja memamerkan kesaktiannya. Singkat cerita Mbah Taman disuguhi ikan bakar. Kemudian, makanlah mereka berdua. Mbah Taman sadar bahwa terbukanya pintu dengan sendirinya tadi adalah sebuah tantangan untuk adu kesaktian. Oleh karena itu, ketika ikan bakar telah dimakan dagingnya, ia menaruh tulang-belulangnya (duri-durinya) ke dalam tempat cuci tangan. Dan, yang terjadi adalah tulang-belulang itu bergerak-gerak (hidup) sebagaimana layaknya seekor ikan. Melihat apa yang dipertunjukkan oleh Mbah Taman, Mbah Menu masih ingin menguji kesaktiannya. Untuk itu, ia mempersilakan Mbah Taman membawa pulang blumbang yang ada di belakang rumahnya. Dan, ternyata Mbah Taman dapat membawa ke rumahnya. Oleh karena itu, walaupun blumbang tersebut berada di Desa Taman, namun namanya tetap saja “Blumbang Beji” dan bukan “Blumbang Taman”. Sebagai catatan, sampai sekarang blumbang tersebut masih dipercayai memiliki kekuatan magis. Dalam hal ini jika ada seseorang yang dituduh mencuri sesuatu tetapi mungkir (tidak mengakui), maka jalan terakhir adalah disuruh untuk minum air Blumbang Beji. Konon, jika orang tersebut memang benar-benar tidak mengambil atau mencurinya, maka air tersebut tidak berpengaruh apa-apa. Akan tetapi, jika mencuri atau mengambilnya, maka perutnya akan menjadi bengkak alias busung. Kelurahan Beji berpenduduk 12.355 jiwa. Jumlah tersebut jika dilihat berdasarkan jenis kelaminnya, maka komposisinya terdiri atas 6.168 jiwa laki-laki dan 6.187 jiwa perempuan. Sedangkan, jumlah kepala keluarganya (KK) ada 2.631 jiwa. Mereka tersebar di 7 lingkungan1. Setiap lingkungan mempunyai rukun tetangga (RT) sejumlah 2 atau lebih. Jumlah seluruhnya ada 50 RT. Sedangkan, jumlah rukun warganya (RW) ada 16. Lingkungan yang padat penduduknya adalah I, II, dan VI karena lingkungan ini di samping dekat dengan kantor kelurahan, juga dekat dengan pusat kegiatan ekonomi (pasar) dan gedung bioskop2. Kantor kelurahan itu sendiri berada di Lingkungan VI. Seiring dengan perkembangan desa menjadi kota, maka jenis mata pencaharian yang digeluti oleh penduduknya semakin bervariasi, namun sebagian besar (44,51%) bergerak di bidang wiraswata/pedagang. Sektor pertanian (petani pemilik, buruh tani, dan nelayan) yang mulanya merupakan mata pencaharian yang digeluti oleh sebagian besar penduduknya, kini menempati urutan ke dua (26,91%). Hal itu disebabkan di samping lahan pertanian (sawah) semakin menciut karena digunakan untuk berbagai keperluan, seperti: jalan, perumahan, dan perkantoran, juga karena adanya kecenderungan generasi mudanya enggan untuk bergelut dengan lumpur (bersawah). Urutan yang ke tiga (20,29%) adalah penduduk yang bekerja di sektor jasa, seperti: makelaran, buruh pasar, dan penarik becak. Sementara, pegawai negeri sipil dan militer walau dalam persentase menempati urutan yang terakhir, namun sebenarnya persentase itu menunjukkan perkembangan yang berarti jika dibandingkan dengan masa lalu. Pada tahun '60-an, pegawai negeri sering diledek dengan perkataan “mukur resik, duite langka” (hanya bersih, tidak punya uang). Bahkan, ketika itu pegawai negeri, khususnya guru, dijadikan sebagai sesuatu untuk menakuti anak gadis. Artinya, dalam sebuah keluarga jika anak gadisnya tidak mau diatur, maka diancam atau ditakuti dengan akan dikawinkan dengan guru. Data tentang komposisi penduduk berdasarkan jenjang pendidikan yang dicapai oleh warganya tidak ditemukan dalam monografi Kelurahan Beji. Namun demikian, keadaannya tidak jauh berbeda dari jenjang pendidikan yang dicapai oleh masyarakat Pemalang pada umumnya, yaitu sebagian besar hanya tamat sekolah dasar (SD). Sedangkan komposisi penduduk berdasarkan agama, Islam merupakan agama yang dianut oleh sebagian besar (99,8%) penduduk Kelurahan Beji. Nasrani (Katolik dan Kristen) kurang dari 0,15%, sementara Hindu 0,05%. Sarana peribadatan yang ada hanya masjid (enam buah) dan langgar atau surau (33 buah). Untuk itu, bagi kaum Nasrani jika akan ke gereja, maka mereka pergi ke Pemalang. Profesi yang banyak digeluti masyarakat Beji dewasa ini adalah kerajinan tenun khususnya sarung byur, banyak juragan tenun muda yang bermunculan. Masyarakat Beji yang menjadi juragan tenun umumnya belajar menenun di desa Wanarejan (Mlaki) terlebih dahulu, sekarang di Kelurahan Beji sudah menjadi pesaing produksi tenun asal Wanarejan, diawali sama juragan tenun yang bernama sodek yang mulai membuka pranggok (tempat produksi sarung tenun) apalagi sekarang upah pengrajin sarung byur naik menjadi Rp24.000-Rp35.000 per sarung. Potensi Kelurahan Beji ke depanya masih sangat bagus untuk investasi, itu karena letak geografisnya yang berada di jalur Pantura (Gandulan), di kawasan tersebut sekarang telah berdiri rumah sakit tulang standar internasional dan UKM konveksi baru, Texmaco sudah mulai dilelang, itu berarti tak lama lagi akan buka industri baru, apalagi kalau benteng jadi diaspal akan menjadi taman bermain yang bagus yang bisa mendatangkan para wisatawan, karena di Kali Elon bisa dibuat wahana bermain yang menyenangkan. Rumah makan yang mulai populer di Kelurahan Beji ada warung makan mba sop yang menyediakan pecel belut dan pecel lele, ada bungapi yang menyediakan nasi gromyang itu semua ada di jalan belitung Kel. Beji, Pemalang, dekat Masjid At Tahmid, di sana juga ada yang melayani pesanan tempe kripik, rempeyek dlewer, opak usel, dan berbagai macam penganan lainnya. Pendidikan di bidang agama ada TK MUSLIMAT, TPQ Alhikmah, PONDOK PESANTREN yang baru saja dibuka khusus untuk para penghafal Alquran (JL. Belitung rt 02 rw 14 lingkungan 6 (belakang masjid At Tahmid)). Sampai disini dulu postingan saya,semoga bisa menambahkan wawasan anda. Amin...
ولسلام عليكم ورحمت الله وبركاته
Kali ini saya akan membagikan informasi seputar kampung halaman saya yaitu desa Beji.Gak usah banyak basa-basi langsung aja deh. Cekibrot!!!!!!
Beji adalah kelurahan di Kecamatan Taman, Pemalang, Jawa Tengah, Indonesia. Seperti berbagai keluarahan dan desa di sekitar jalur Pantura Jawa pada umumnya, kelurahan ini padat penduduk. Sebagian besar mata pencaharian penduduknya sebagai buruh, pedagang, dan pegawai negeri.
Kelurahan Beji ini termasuk Kelurahan yang cukup menonjol dalam wilayah Kabupaten Pemalang. Rata-rata penduduk Kabupaten Pemalang mengenal nama Kelurahan Beji. Mungkin karena letaknya di jalan persimpangan jalur ekonomi Pemalang, sehingga orang lebih mengenal nama Kelurahan Beji. Beji adalah sebuah kelurahan yang secara administratif termasuk dalam Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang. Kelurahan ini letaknya 3 kilometer dari ibu kota kabupaten ke arah timur. Dari Semarang jaraknya 120 kilometer ke arah barat. Sedangkan, dari Jakarta jaraknya 235 kilometer ke arah timur. Kelurahan yang luasnya 335,122 hektar ini sebelah utara berbatasan dengan Desa Kabunan; sebelah selatan berbatasan dengan Desa Taman dan Pedurungan; sebelah barat berbatasan dengan Desa Wanarejan Utara; dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Kedungbanjar dan Kabupaten Serang. Daerahnya merupakan dataran rendah dengan ketinggian 6 meter dari permukaan air laut. Curah hujan pada setiap tahunnya rata-rata 0,22 milimeter. Sedangkan, suhu udaranya berkisar 23--32° Celcius (Laporan Monografi, 2006: 1) Di tengah wilayahnya membujur jalan provinsi ke arah barat-timur. Jalan tersebut membelah Kelurahan Beji menjadi dua bagian, yaitu Beji-Lor (Beji-Utara) dan Beji-Kidul (Beji-Selatan). Letaknya yang cukup strategis (tidak jauh dari ibu kota kabupaten dan dilalui oleh jalur Pantura), membuat kelurahan tersebut relatif mudah dicapai, baik dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun jasa angkutan umum. Dari Semarang dapat menggunakan berbagi jenis angkutan umum, seperti kereta api, bus (ekonomi, patas, eksekutif), dan travel. Demikian juga dari Jakarta. Apabila menggunakan becak maka ongkos yang dikeluarkan Rp5.000,00. Kemudian, jika menggunakan ojeg harus mengeluarkan uang sejumlah Rp7.500,00. Sedangkan, jika menggunakan angkot (angkutan perkotaan) cukup hanya mengeluarkan uang sejumlah Rp2.000,00. Arti kata “Beji” tidak banyak yang mengetahui, bahkan dapat dikatakan generasi mudanya tidak mengetahui secara persis kenapa daerahnya bernama “Beji”. Beji, menurut salah seorang tetua masyarakat Beji, berarti “ tengah”. Maksudnya suatu daerah yang berada di tengah-tengah. Berdasarkan legenda yang ada di kalangan masyarakat Beji, konon daerah ini dahulu memiliki blumbang (semacam sumur). Akan tetapi, kini blumbang itu tidak lagi berada di Beji tetapi di desa tetangganya, yaitu Desa Taman yang berada di sebelah selatannya. Berpindahnya blumbang tersebut ke Desa Taman adalah sebagai akibat dari kekalahan Mbah Menu dalam adu kesaktian melawan Mbah Taman. Konon, suatu ketika Mbah Taman berkunjung ke rumah Mbah Menu. Ketika Mbah Taman berada di depan rumahnya, pintu rumah membuka dengan sendirinya. Ini artinya Mbah Menu sengaja memamerkan kesaktiannya. Singkat cerita Mbah Taman disuguhi ikan bakar. Kemudian, makanlah mereka berdua. Mbah Taman sadar bahwa terbukanya pintu dengan sendirinya tadi adalah sebuah tantangan untuk adu kesaktian. Oleh karena itu, ketika ikan bakar telah dimakan dagingnya, ia menaruh tulang-belulangnya (duri-durinya) ke dalam tempat cuci tangan. Dan, yang terjadi adalah tulang-belulang itu bergerak-gerak (hidup) sebagaimana layaknya seekor ikan. Melihat apa yang dipertunjukkan oleh Mbah Taman, Mbah Menu masih ingin menguji kesaktiannya. Untuk itu, ia mempersilakan Mbah Taman membawa pulang blumbang yang ada di belakang rumahnya. Dan, ternyata Mbah Taman dapat membawa ke rumahnya. Oleh karena itu, walaupun blumbang tersebut berada di Desa Taman, namun namanya tetap saja “Blumbang Beji” dan bukan “Blumbang Taman”. Sebagai catatan, sampai sekarang blumbang tersebut masih dipercayai memiliki kekuatan magis. Dalam hal ini jika ada seseorang yang dituduh mencuri sesuatu tetapi mungkir (tidak mengakui), maka jalan terakhir adalah disuruh untuk minum air Blumbang Beji. Konon, jika orang tersebut memang benar-benar tidak mengambil atau mencurinya, maka air tersebut tidak berpengaruh apa-apa. Akan tetapi, jika mencuri atau mengambilnya, maka perutnya akan menjadi bengkak alias busung. Kelurahan Beji berpenduduk 12.355 jiwa. Jumlah tersebut jika dilihat berdasarkan jenis kelaminnya, maka komposisinya terdiri atas 6.168 jiwa laki-laki dan 6.187 jiwa perempuan. Sedangkan, jumlah kepala keluarganya (KK) ada 2.631 jiwa. Mereka tersebar di 7 lingkungan1. Setiap lingkungan mempunyai rukun tetangga (RT) sejumlah 2 atau lebih. Jumlah seluruhnya ada 50 RT. Sedangkan, jumlah rukun warganya (RW) ada 16. Lingkungan yang padat penduduknya adalah I, II, dan VI karena lingkungan ini di samping dekat dengan kantor kelurahan, juga dekat dengan pusat kegiatan ekonomi (pasar) dan gedung bioskop2. Kantor kelurahan itu sendiri berada di Lingkungan VI. Seiring dengan perkembangan desa menjadi kota, maka jenis mata pencaharian yang digeluti oleh penduduknya semakin bervariasi, namun sebagian besar (44,51%) bergerak di bidang wiraswata/pedagang. Sektor pertanian (petani pemilik, buruh tani, dan nelayan) yang mulanya merupakan mata pencaharian yang digeluti oleh sebagian besar penduduknya, kini menempati urutan ke dua (26,91%). Hal itu disebabkan di samping lahan pertanian (sawah) semakin menciut karena digunakan untuk berbagai keperluan, seperti: jalan, perumahan, dan perkantoran, juga karena adanya kecenderungan generasi mudanya enggan untuk bergelut dengan lumpur (bersawah). Urutan yang ke tiga (20,29%) adalah penduduk yang bekerja di sektor jasa, seperti: makelaran, buruh pasar, dan penarik becak. Sementara, pegawai negeri sipil dan militer walau dalam persentase menempati urutan yang terakhir, namun sebenarnya persentase itu menunjukkan perkembangan yang berarti jika dibandingkan dengan masa lalu. Pada tahun '60-an, pegawai negeri sering diledek dengan perkataan “mukur resik, duite langka” (hanya bersih, tidak punya uang). Bahkan, ketika itu pegawai negeri, khususnya guru, dijadikan sebagai sesuatu untuk menakuti anak gadis. Artinya, dalam sebuah keluarga jika anak gadisnya tidak mau diatur, maka diancam atau ditakuti dengan akan dikawinkan dengan guru. Data tentang komposisi penduduk berdasarkan jenjang pendidikan yang dicapai oleh warganya tidak ditemukan dalam monografi Kelurahan Beji. Namun demikian, keadaannya tidak jauh berbeda dari jenjang pendidikan yang dicapai oleh masyarakat Pemalang pada umumnya, yaitu sebagian besar hanya tamat sekolah dasar (SD). Sedangkan komposisi penduduk berdasarkan agama, Islam merupakan agama yang dianut oleh sebagian besar (99,8%) penduduk Kelurahan Beji. Nasrani (Katolik dan Kristen) kurang dari 0,15%, sementara Hindu 0,05%. Sarana peribadatan yang ada hanya masjid (enam buah) dan langgar atau surau (33 buah). Untuk itu, bagi kaum Nasrani jika akan ke gereja, maka mereka pergi ke Pemalang. Profesi yang banyak digeluti masyarakat Beji dewasa ini adalah kerajinan tenun khususnya sarung byur, banyak juragan tenun muda yang bermunculan. Masyarakat Beji yang menjadi juragan tenun umumnya belajar menenun di desa Wanarejan (Mlaki) terlebih dahulu, sekarang di Kelurahan Beji sudah menjadi pesaing produksi tenun asal Wanarejan, diawali sama juragan tenun yang bernama sodek yang mulai membuka pranggok (tempat produksi sarung tenun) apalagi sekarang upah pengrajin sarung byur naik menjadi Rp24.000-Rp35.000 per sarung. Potensi Kelurahan Beji ke depanya masih sangat bagus untuk investasi, itu karena letak geografisnya yang berada di jalur Pantura (Gandulan), di kawasan tersebut sekarang telah berdiri rumah sakit tulang standar internasional dan UKM konveksi baru, Texmaco sudah mulai dilelang, itu berarti tak lama lagi akan buka industri baru, apalagi kalau benteng jadi diaspal akan menjadi taman bermain yang bagus yang bisa mendatangkan para wisatawan, karena di Kali Elon bisa dibuat wahana bermain yang menyenangkan. Rumah makan yang mulai populer di Kelurahan Beji ada warung makan mba sop yang menyediakan pecel belut dan pecel lele, ada bungapi yang menyediakan nasi gromyang itu semua ada di jalan belitung Kel. Beji, Pemalang, dekat Masjid At Tahmid, di sana juga ada yang melayani pesanan tempe kripik, rempeyek dlewer, opak usel, dan berbagai macam penganan lainnya. Pendidikan di bidang agama ada TK MUSLIMAT, TPQ Alhikmah, PONDOK PESANTREN yang baru saja dibuka khusus untuk para penghafal Alquran (JL. Belitung rt 02 rw 14 lingkungan 6 (belakang masjid At Tahmid)). Sampai disini dulu postingan saya,semoga bisa menambahkan wawasan anda. Amin...
ولسلام عليكم ورحمت الله وبركاته
Tidak ada komentar:
Posting Komentar